Artikel Terkini

Gigi si Kecil Belum Copot Meski Sudah Waktunya? Kenali Gigi Persistensi!

Bunda-bunda OMDC’s apakah familiar dengan situasi di atas? Si kecil sudah waktunya tumbuh gigi baru, namun gigi lamanya belum ganti juga, bahkan belum goyang? Wah, bisa jadi si kecil memiliki kondisi gigi persistensi.

Apa itu Gigi Persistensi?

Pada masa kanak-kanak, normalnya, gigi susu akan lepas dengan sendirinya dan digantikan dengan gigi permanen yang tumbuh di bawahnya, satu persatu sesuai umur lepas gigi tersebut. Pada kasus gigi susu yang masih bertahan pada posisinya melewati “masa tinggalnya”, bahkan tetap bertahan meskipun gigi penggantinya juga sudah keluar, disebut dengan gigi persistensi.

Mengapa Gigi Susu Bisa Persistensi?

Terdapat banyak alasan mengapa gigi susu bisa menjadi persisten. Alasan paling umum adalah karena tidak adanya benih gigi permanen, yang bertugas mendorong gigi susu untuk keluar. Dari segi jenis kelamin, penelitian menunjukkan, anak perempuan lebih mungkin mengalami gigi persitensi dibandingkan dengan anak laki-laki. Alasan lainnya adalah adanya kemungkinan kasus ankylosis (yakni kondisi gigi yang menyatu dengan tulang sehingga tidak memungkinkan adanya pergerakan), adanya kemungkinan gangguan kesehatan yang menghambat proses keluarnya gigi seperti kelainan kelenjar endokrin, proses erupsi gigi permanen yang terlambat, kehadiran faktor genetik, adanya trauma atau juga akibat proses infeksi.

Apa yang Harus Dilakukan Jika Si Kecil Memiliki Gigi Persistensi?

Tahukah kamu bunda-bunda OMDC’s, gigi yang persisten dapat menimbulkan berbagai masalah kedepannya apabila tidak segera ditangani, misalnya susunan gigi yang tidak rapih atau menjadi bertumpuk. Susunan gigi seperti ini menyebabkan gigi rentan terkena karies, gangguan di struktur jaringan pendukung yakni pada gusi dan tulang di bawahnya, serta terjadinya trauma oklusi, yakni penyaluran beban berlebih pada gigi, gusi, dan tulang yang dapat menyebabkan gigi patah, gigi goyang, atau bahkan infeksi. Penting bagi orangtua untuk membawa anaknya ke dokter gigi agar bisa mengecek dengan rutin proses lepasnya gigi susu dan tumbuhnya gigi permanen yang sesuai dengan usia anak. Sebagai terapi pencegahan, dokter gigi akan menyarankan kapan waktu yang tepat untuk memastikan gigi susu anak sudah lepas, jika sudah melewati waktu tersebut sedang gigi anak tidak lepas secara alami, maka akan dilakukan terapi ekstraksi atau pencabutan gigi susu.

Pada kasus gigi persistensi yang sudah menyebabkan susunan gigi bertumpuk, dokter gigi akan menyarankan untuk terapi orthodonti, yakni dengan menggunakan kawat gigi, untuk mengoreksi susunan dan gigitan anak.

Kesimpulan

Nah, sekarang bunda-bunda OMDC’s sudah kenal kan dengan si Gigi Persistensi! Jangan lupa untuk ajak si kecil periksa rutin ke dokter gigi spesialis anak ya! Selain tentu untuk menjaga kesehatan gigi si kecil, periksa gigi 1-2 kali setahun ini memungkinkan si kecil bisa diketahui kapan saja perkiraan lepasnya gigi susu sesuai dengan tahapan tumbuh kembangnya sehingga si kecil bisa tetap aktif dan tentunya nyengiirrr teruusss!

Artikel Lainnya